Di pelosok kecil bernama Desa Kilo, Kecamatan Taliabu Selatan, Pulau Taliabu, Maluku Utara, hidup seorang remaja dengan semangat yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Namanya Glen Menahaya, siswa kelas dua SMA Kristen Harapan Kasih di Desa Sumbong. Di usia mudanya, ia memilih jalan sunyi meninggalkan kenyamanan kampung halaman demi mengejar mimpi yang bagi banyak orang terasa mustahil.
Glen bukan anak dari keluarga berada. Ia tak memiliki fasilitas mewah, bahkan sepeda motor yang digunakannya menuju kota sering mogok dan tanpa rem. Namun di dadanya menyala api kecil yang tak bisa padam oleh keterbatasan, api yang tumbuh dalam tubuh mungil dengan kekurangan fisik yang ia bawa sejak lahir.
Glen memiliki kekurangan pada bibir dan kelemahan ditangan kirinya. Banyak yang dulu menertawakan dan meragukannya. Tapi tak banyak yang tahu, justru dari tangan kirinya itu, lahirlah kekuatan baru. Ia kini dikenal sebagai “petinju kidal” (left-handed boxer), gaya yang jarang dan sering membuat lawan kewalahan di atas ring. Dari kekurangan, ia membangun keunggulan. Dari ejekan, ia menempa keyakinan.
Semangat tinju Glen bermula dari video singkat yang ia tonton di media sosial seorang pelajar SMP Negeri 1 Taliabu Barat tampil gagah di atas ring Kejuaraan Daerah Tinju 2025 di Ternate. Hatinya bergetar. Di tengah hujan dan listrik yang sering padam di desanya, Glen berbisik dalam hati, “Suatu hari, aku juga akan berdiri di sana.”
Maka berangkatlah ia. Seorang bocah dengan tekad lebih kuat dari jalanan rusak yang harus ia lalui. Ia menyeberangi sungai, melintasi jalan berbatu, dan menempuh puluhan kilometer menuju Kota Bobong. Tak ada yang menemaninya selain doa, tekad, dan mimpi besar yang ia bawa dari rumah. Ia menantang lelah, dingin, dan rasa takut, demi satu hal, berlatih tinju.
Setibanya di Bobong, Glen menemui ayahnya, seorang Pjs Kepala Desa Kilo. Mendengar niat anaknya, sang ayah sempat terdiam. Tapi melihat sorot mata anaknya yang tak bergeming, ia tak sanggup menolak. Dengan bantuan seorang anggota DPRD Taliabu Komisi III Fraksi Hanura, Glen akhirnya diterima di Sasana Godo Boxing Camp (GBC) Pertina Taliabu, Maluku Utara.
Sejak hari pertama latihan, pelatih langsung tahu bocah ini berbeda. Glen tinggal sementara di rumah saudaranya di Desa Talo, sekitar kurang lebih tiga kilometer dari sasana. Setiap pagi sebelum matahari terbit, ia sudah berlari di jalan berdebu menuju tempat latihan. Ia tak pernah datang terlambat, bahkan sering tiba lebih awal dari para seniornya. Saat latihan selesai jelang magrib, Glen memilih bermalam di rumah teman karena tak sanggup menembus gelapnya jalan kembali.
Hidup Glen jauh dari kata cukup. Ia datang tanpa persiapan, hanya membawa dua potong pakaian yang ia cuci bergantian setiap hari. Pelatih dan rekan-rekannya baru menyadari hal itu setelah beberapa minggu. Seorang asisten pelatih pun menaruh iba dan mengajaknya tinggal bersama. Namun Glen tak pernah mengeluh. Ia tetap hadir dengan wajah cerah, membawa semangat yang tak pernah padam meski tubuhnya letih.
Yang membuat kisahnya makin menyentuh, ibunya telah tiada sejak ia kecil. Ia dibesarkan oleh ibu sambung yang menyayanginya seperti darah sendiri, sementara sang ayah tetap menjadi pendorong utama di balik langkah-langkah kecilnya. Dalam kesederhanaan hidup, Glen belajar arti kuat tanpa sokongan, tangguh tanpa sandaran, dan percaya diri tanpa pamrih.
Hari demi hari, kemampuannya meningkat pesat. Glen berlatih tanpa mengenal waktu, tanpa mengeluh, tanpa pamrih. Pelatihnya kagum bocah ini bukan hanya disiplin, tapi punya jiwa juang yang jarang ditemui. Dengan tangan kirinya yang dulu dianggap lemah, kini ia melontarkan pukulan maut yang membuat banyak lawan kewalahan. Glen Menahaya, bocah kidal dari Kilo, kini menjadi simbol bahwa kekurangan bukan penghalang, melainkan kekuatan.
Kini takdir seolah berpihak padanya. Glen terpilih mewakili Pulau Taliabu bersama rekan-rekannya dari SMP Negeri 1 Taliabu Barat untuk berlaga di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tinju 2025 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ia turun di kelas 46 kilogram, membawa nama Taliabu, membawa doa, membawa keyakinan bahwa anak desa pun bisa berdiri sejajar dengan juara dari kota besar.
Ketika banyak remaja tidur di bawah cahaya lampu kota, Glen dulu tidur di lantai dingin sasana, memeluk mimpi yang ia rawat sendiri. Ketika dunia menertawakan fisiknya, ia menjawab dengan pukulan kidalnya yang cepat dan tajam. Ketika jarak jadi alasan orang berhenti, ia menjadikannya tantangan.
Glen Menahaya bukan sekadar petinju muda. Ia adalah simbol keberanian, harapan, dan keajaiban tekad manusia.
Ia membuktikan bahwa harapan bisa tumbuh di tanah yang terpencil, dan bahwa mimpi tidak mengenal batas, selama ada kemauan untuk melangkah, meski dengan tangan kiri yang dulu dianggap lemah.
Kini, Glen berharap doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Taliabu.
Semoga langkah kecil dari Desa Kilo ini bergema di panggung nasional.
Semoga setiap pukulan kidalnya di atas ring nanti menjadi pesan bagi negeri, bahwa dari pelosok kecil di ujung Maluku Utara, lahir seorang anak muda yang menantang takdir dengan keyakinan, air mata, dan cinta untuk tanah kelahirannya.